Posts

Showing posts from May, 2018

QUITO, ECUADOR, A TIRED WORLD HERITAGE CITY

Image
Quito in Ecuador holds a world heritage city status since 1978 and it is the oldest capital in South America. It has been exactly a long 40 years in 2018. In Centro Cultural Metropolitano the municipality holds an exhibition about QUITO 2040, a vision for the city in the future. It adopted Sustainable Development Goals one to eleven. It is generic but it gives direction and explanation to the locals where the city goes. The city does its best to maintain quality of life and its historic city centre but age doesn't lie. Run down and empty buildings look depressing. Traffic congestion pressures pedestrians. Waste management is rather poor. Public bikes are broken. Quito needs drastic policies to regain its glorious past.  The Getty Conservation Institute has assisted Quito between 1991-1997.  Work included a photogrammetric study of historic buildings; investigation of the color history of building facades; environmental monitoring; conservation advice; and an international c

KOTA PUSAKA DUNIA (2) : CUENCA, EKUADOR

Image
Cuenca di Ekuador menjadi Kota Pusaka Dunia sejak 1999 karena dianggap mempunyai tatakota Renaissance gaya Amerika yang masih asli. Tetapi Cuenca juga menerima penghargaan lain dari UNESCO yaitu untuk Qhapac Nan, Rute Jalan Andes (situs pusaka dunia), topi anyaman Toquilla (pusaka dunia tak teraga) dan Taman Nasional El Cajas (situs alam dunia). Di Ekuador kota ini dianggap sebagai kota yang paling menarik dan rileks. Penduduknya tidak lebih dari setengah juta orang oleh sebab itu kotanya tidak begitu padat. Tatakotanya sangat indah dengan empat sungai yang mengalir menyusuri semua bagian kota dan karena ketinggiannya sekitar 2500 meter di atas ketinggian laut maka hawanya sejuk sepanjang tahun. Di Cuanca kita tidak memerlukan mesin pendingin ruangan. Walaupun Cuanca kota yang relatif kecil tetapi kehidupan ekonomi, sosial, budaya dan edukatif di kota ini relatif baik. Pertama-tama jalur pedestrian bukan saja tersedia tetapi juga sangat nyaman dan indah untuk ditelusuri, ter

GETSEMANI, A LIVELY NEIGHBORHOOD OF CARTAGENA. COLOMBIA

Image
The buffer zone of a world heritage city like Getsemani in Cartagena, Colombia offers more realities than the core zone walled city Cartagena itself. The core zone (the walled city of Cartagena de Indias) has transformed into a touristic and commercial district but unfortunately missing dynamic of local life and very quiet in the evening especially in residence areas.  Getsemani, located few hundred meter outside the walled city, is on the contrary still intact as an urban living area with compounds and alleys occupied by the locals. Many of them transform some bedrooms into tourist accommodation and offer meals in the living room but not (yet) letting the tourists to dominate the scenes. In the afternoon and evening the main square and alleys are filled with music, dance and street food. One or two fancy restaurants and accommodation facilities start to quietly occupy spaces but most are still in the hands of lower middle class owners who try th

CARTAGENA, COLOMBIA

Image
I visit Cartagena, Colombia, between 6-9 May 2018 to learn about this World Heritage City since 1984 . The old city is surrounded by 13 km of fortress that in the past functioned as the largest slavery trading post in the South of America. No wonder that Cartagena breaths slavery history in its daily life even in 2018. Actually this year Cartagena celebrates influence of African legacy by creating various programs and developing African heritage trails.  I met Alfonso Cabrera, the Head of Heritage Division in IPCC (Instituto de Patrimoni Y Cultura de Cartagena), a body that responsible for cultural heritage in Cartagena. He is a restoration architect specialised in fortification. His enthusiasm was very obvious about sharing and cooperation with other countries even as far as Indonesia with 450 fortresses.  If you are interested in checking his doctoral research (he did in Spain), this is the link.   Alfonso Cabrera, the Head of Heritage Division of IPCC The eva

KOTA PUSAKA DUNIA

Saya ingin membagi pengalaman saya dengan kota-kota dan kabupaten-kabupaten di Indonesia yang saya kira semua bermimpi suatu hari bisa mengajukan nominasi sebagai Kota Pusaka Dunia. Indonesia belum mempunyai kota pusaka dunia sampai saat ini tetapi Jakarta dan Sawahlunto sudah mengajukan nominasi. Mempersiapkan nominasi itu rumit dan perlu nafas panjang tetapi memikirkan rencana manajemen kota pusaka jangka panjang dan menerapkannya jauh lebih rumit dan menuntut komitmen tinggi. Pertama kali saya mengikuti diskusi tentang dinamika pengelolaan kota pusaka dunia yaitu di awal tahun 1990-an di Kota Pusaka Li Jiang di Cina. Li Jiang menjadi living museum , ditinggalkan penduduk lokalnya kecuali orang-orang yang sudah sangat tua yang harus terus bekerja di sektor pariwisata melayani arus deras turis dari seluruh dunia. Setelah itu saya mengunjungi banyak kota pusaka dunia lain dan melihat berbagai dinamika dan tantangan pengelolaan tempat-tempat yang mendapat status pusaka dunia. Tah

KENAPA BERSEPEDA SANGAT POPULER DI BELANDA?

Image
Belanda sangat terkenal sebagai negara sepeda. Semua ujung negara ini (memang luasnya hanya sekitar luas Jawa Barat sih) dihubungkan oleh jalur sepeda kira-kira 35 ribu kilometer. Ada organisasi yang namanya the Urban Cycling Institute katanya menerima sekitar 150 delegasi dari seluruh dunia setiap tahun yang datang ke Belanda untuk belajar bagaimana mentransformasi masyarakat cinta mobil menjadi masyarakat yang cinta sepeda. Organisasi ini tugasnya adalah "bringing knowledge on cycling from science to practice and back". Bagus ya visinya?  Saya menghadiri pemutaran dan diskusi tentang karya mereka yang baru dirilis yaitu film dokumentasi dengan judul "Why We Cycle" hari Selasa, 2 Mei 2018. Film sepanjang satu jam ini memaparkan pengalaman pribadi para pesepeda di Belanda dan juga ulasan para ahli tentang sisi positif bersepeda. Jadinya memang film propaganda seperti disebutkan oleh seorang peserta diskusi dan diamini oleh Marco te Brömmelstroet (Ass

KONTEMPLASI BATIN SEBUAH BANGSA (2)

Image
Kamis, 3 Mei 2018, udara hangat dan cerah (suatu keistimewaan di Belanda) diisi dengan menghadiri diskusi tentang "The Long Decolonization of Indonesia" (Dekolonisasi yang Panjang di Indonesia). Ini adalah riset dan buku yang ditulis oleh Els Bogaerts dan Remco Raben. Tempatnya di NIAS (The Netherlands Institute for Advanced Study in the Humanities and Social Sciences), Amsterdam.  Saya menghadiri diskusi ini dengan beberapa alasan. Pertama, Remco Raben adalah peneliti dengan spesialisasi imperialisme dan dekolonisasi yang banyak menulis tentang Indonesia. Kedua, saya merasakan kebutuhan untuk mempelajari  perspektif Belanda tentang Indonesia pasca Kemerdekaan.  Jika saya memahami perspektif Belanda maka saya akan bisa mempertajam pemikiran saya tentang perspektif Indonesia. Ketiga, karena pekerjaan saya sehari-hari adalah berkaitan dengan kerjasama antara Indonesia dan Belanda dalam kerangka pusaka bersama maka saya perlu banyak pengetahuan, pengalaman dan ma

PETA ORGANISASI INDO DI BELANDA

Image
Ketika saya dtang ke Belanda tahun 2005 saya berkenalan dengan istilah pusaka bersama ( shared heritage atau gedeeltelijk erfgoed) dalam pekerjaan saya. Itu adalah istilah yang secara resmi dipakai di Belanda yang merujuk pada pengaruh dan peninggalan Belanda di negara-negara bekas jajahannya atau negara-negara yang pernah mempunyai hubungan dagang. Ternyata banyak juga negara dalam daftar yang berbagi pusaka dengan Belanda sehingga Belanda menetapkan 10 negara saja yang mendapat prioritas untuk kerjasama. Negara-negara itu adalah India, Sri Lanka, Indonesia, Jepang, Australia, Rusia, Afrika Selatan, Amerika (New York dulunya adalah New Amsterdam), Brazil dan Suriname. Kerjasama dalam bidang pusaka bersama dengan Indonesia banyak sekali karena Indonesia adalah  negara bekas jajahan yang relatif besar dan lama hubungannya dengan Belanda di masa lalu. Tidak heran kalau banyak dan jelas sekali pengaruh dan peninggalan Belanda di Indonesia. Beberapa contoh kerjasama tersebut bisa dilih

SINGAPORE HERITAGE FESTIVAL 2018

Image
This is a dream of mine about Indonesia. That one day there will be a heritage festival to showcase the country industrial heritage. Like in Singapore this year. One of the program is showing the local sugar industry. Traditional snacks like the South Indian string hoppers, putu mayam, are often served with a generous helping of orange-coloured sugar. The sugar is processed at the Cheng Yew Heng Candy Factory in Senoko, Singapore, where it was first turned orange in the 1950s. The company started out producing preserved fruits and Chinese candies in 1947. The Cheng Yew Heng is one of the biggest suppliers of refined sugar here, with 60 per cent of the market share and the only rock sugar manufacturer in Singapore. The 15th edition of the Singapore Heritage Festival will take participants on a tour of the home-grown company to learn about the production process and "how the company manages to hit that sweet spot between tradition and change". There will b