HALLO BANDOENG....

Sabtu, 5 Juni lalu, saya ikut jalan-jalan ke Apeldoorn dan sekitarnya bersama organisasi pecinta pusaka di Belanda bernama Heemschut. Naik bus antik peninggalan Perang Dunia Kedua. Salahsatu obyek kunjungan adalah Radio Kootwijk, stasiun pemancar yang untuk pertamakalinya menghubungkan Belanda (Kootwijk) dan Hindia-Belanda (Bandung).



Sapaan "Hallo Bandoeng..." sangat terkenal di Belanda sampai sekarang. Sapaan itulah yang dikatakan oleh Ibunda-Ratu Emma ketika meresmikan kontak radio pertama dengan Hindia-Belanda pada tangal 7 Januari 1929. Stasiun pemancar di Bandung sudah dibangun sejak 1917 di Malabar, dekat Bandung. Sementara di Belanda stasiun pemancar dibangun di desa Kootwijk di Veluwe yang hingga tahun 1928 menggunakan siaran gelombang panjang.



Layanan Telepon : Bicara dengan Jawa. Tarif untuk 3 menit : 33 gulden. Keterangan lebih lanjut di semua kantor telepon milik negara.

Hubungan telepon dengan Hindia-Belanda pada setiap hari kerja yang untuk sementara ini dari Amsterdam, Den Haag, Rotterdam dan Utrecht dengan Bandung, Semarang, Surabaya dan Weltevreden (Jakarta). Biaya percakapan telepon biasa : 3 menit pertama dengan Weltevreden dan Bandung 30 gulden, Semarang 33 gulden dan Surabaya 34,50 gulden. Lebih dari 3 menit di hitung per menit. Untuk percakapan penting dan darurat dapat menghubungi semua kantor telepon.

Logo PTT (Kantor Telepon dan Telegraf)


Stasiun pemancar di Kootwijk, Belanda, yang masih utuh sampai sekarang.
Arsiteknya Julius Luthmann.


Stasiun pemancar di Malabar, dekat Bandung, yang sekarang tinggal sisa kolamnya saja. Ada yang tahu tahun berapa gedung indah ini dihancurkan? Penggagas hubungan jarak jauh antara Belanda dan Hindia-Belanda yang merangkap pendesain stasiun pemancar di Malabar adalah Cornelius de Groot.

Comments

Popular posts from this blog

Le Corbusier's Ghetto (and how the Dutch deal with it)

INFILL DEVELOPMENT

RISE AND FALL OF SUGAR INDUSTRY IN INDONESIA