GO LOCAL!
There is a positive movement in Indonesia for at least two decades. It is a movement to dig tangible and intangible localities: from local materials, local agriculture, to local traditions in a broad sense.
Fithrorozi Belitong is one of the leading actors in the locality movement. He has been reviving and keeping the local language of Belitung alive. He writes books, organizes a youth group, and publishes e-flyers to raise awareness of identity through local language and literature. Indonesia needs more of Fithrorozi’s.
The webinar is in Bahasa Indonesia.
~~~~~~~~~~~~~
LITERASI ASAL MUASAL PULAU SUMATRA
Menggali Ilmu dari Tradisi Lisan Para Orang Tua
Rabu, 29 September 2021
Waktu: 19.00-21.00 WIB
Pembicara: Fithrorozi
(Komunitas Telinsong Budaya, Belitung)
Moderator: Arry Aditsya Yoga
(Belitong Geopark Youth Community)
Media: Zoom Cloud Meeting dan
Facebook Live Streaming
(Link Zoom akan dishare melalui email sehari sebelum acara)
Live Streaming di Facebook Page BWS:
Narahubung:
085262036767 (WA Only)
Diselenggarakan oleh Pansumnet dan Beranda Warisan Sumatra (BWS)
Fithrorozi adalah penulis kolom budaya, sekaligus pendiri komunitas penggiat literasi Komunitas Telinsong Budaya di Belitung.
Konsentrasinya adalah identifikasi dan pengembangan nilai lokalitas serta pengkajian kebudayaan. Karyanya berupa enam buku, karya teater, dan kegiatan pengembangan literasi Sekolah Alam Republik Kelekak.
Fithrorozi akan mengupas bagaimana kita menggali pengetahuan melalui tutur orang tua untuk mengenalkan sejarah budaya.
Contohnya adalah sejarah dan asal mula Pulau Sumatra yang diilhami oleh istilah ‘akar bahar’.
Kata ‘bahar’ ditemukan di banyak rupa dari akar, timbangan, budaya, hingga kata petunjuk masa. Jaman barik, kakek mendapatkan ongkos ke haji dari siro dengan menumpang kapal berbulan-bulan lamanya. Tutur kakek kemudian dituliskan cucunya. Sang cucu mentransformasikan jejak teraga ke dalam warisan tak teraga berupa aksara. Dari aksara sang cucu paham bahwa Ibnu Batutah menyebut samudera dengan ‘Samatrah’ dalam kitab Rihlah Ilal Masyriq, yang kemudian menjadi Sumatra.
Comments