PETA ORGANISASI INDO DI BELANDA

Ketika saya dtang ke Belanda tahun 2005 saya berkenalan dengan istilah pusaka bersama (shared heritage atau gedeeltelijk erfgoed) dalam pekerjaan saya. Itu adalah istilah yang secara resmi dipakai di Belanda yang merujuk pada pengaruh dan peninggalan Belanda di negara-negara bekas jajahannya atau negara-negara yang pernah mempunyai hubungan dagang. Ternyata banyak juga negara dalam daftar yang berbagi pusaka dengan Belanda sehingga Belanda menetapkan 10 negara saja yang mendapat prioritas untuk kerjasama. Negara-negara itu adalah India, Sri Lanka, Indonesia, Jepang, Australia, Rusia, Afrika Selatan, Amerika (New York dulunya adalah New Amsterdam), Brazil dan Suriname.

Kerjasama dalam bidang pusaka bersama dengan Indonesia banyak sekali karena Indonesia adalah  negara bekas jajahan yang relatif besar dan lama hubungannya dengan Belanda di masa lalu. Tidak heran kalau banyak dan jelas sekali pengaruh dan peninggalan Belanda di Indonesia. Beberapa contoh kerjasama tersebut bisa dilihat di website Dutch Culture atau RCE (lembaga Belanda dalam bidang pelestarian pusaka). Itu adalah dua lembaga yang mengimplementasikan kebijakan pusaka bersama antara Belanda dengan ke sepuluh negara prioritas, selain dari kedutaan besar Belanda di negara masing-masing. 

Namun sebagaimana istilah pusaka bersama, sudah semestinya kebersamaan itu dimiliki oleh kedua pihak. Jadi bukan saja pengaruh dan peninggalan Belanda di Indonesia tetapi juga sebaliknya yaitu pengaruh dan peninggalan Indonesia di Belanda. Interaksi dua sisi. 

Kalau orang Indonesia ke Belanda pasti dengan mudah merasakan suasana ke-Indonesia-an itu ketika melihat banyaknya toko makanan dan restoran Indonesia. Atau ketika berbincang-bincang dan keluar kata-kata Bahasa Indonesia. 

Tapi kalau mau menggali lebih dalam sebenarnya pengaruh Indonesia di Belanda lebih dari hanya soal makanan dan bahasa. Ikatan politis dan sosial kedua negara terjalin dari eksisnya berbagai komunitas yang langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan Indonesia.



Baru-baru ini terbit buku "Een Indische Skyline: Indische Organisaties in Nederland Tussen 1980 en 2010" (Langit Indo: Organisasi Indo di Belanda antara Tahun 1980 dan 2010) karya Fridus Steijlen. Buku ini memberikan gambaran tentang organisasi, kelompok dan gerakan yang berkaitan dengan Indonesia atau lebih spesifik orang-orang yang terkena dampak sampingan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Klasifikasi dan pemilihan organisasi, kelompok dan gerakan dari kacamata Belanda oleh sebab itu kata yang dipakai dalam judul adalah "Indo" bukannya "Indonesia". Menarik untuk dibaca dan dipikirkan kembali.

Yang saya tidak temukan dalam buku ini adalah kelompok orang-orang Indonesia asli dan seratus persen berdarah Indonesia yang memilih tinggal di Belanda secara sukarela, tidak ada kaitannya dengan  akibat sampingan Proklamasi Indonesia, generasi yang tidak mengalami perang Revolusi dan juga bukan keturunan KNIL atau semacamnya. 

Mungkin kelompok Indonesia asli dan relatif muda ini tidak menarik untuk dibahas dari sudut pandang Belanda.  Namun karena DNA-nya Indonesia jadi mau tidak mau mengalami dan menyaksikan juga pengaruh dan peninggalan Indonesia di Belanda yang namanya pusaka bersama itu. Akan sangat menarik untuk menganalisa apa yang dipikirkan, diketahui dan dirasakan orang-orang Indonesia di Belanda tanpa sentimen masa lalu. 

Popular posts from this blog

REFLECTION ON 2023

RISE AND FALL OF SUGAR INDUSTRY IN INDONESIA

INFILL DEVELOPMENT